Tanggal 17 Agustus 2009 Indonesia merayakan kelahirannya kembali, usia yang telah menginjak 64 tahun, usia yang terbilang tidak muda lagi. Namun setelah 64 tahun merdeka bangsa Indonesia masih berada dalam kesulitan dan berjalan tertatih-tatih, masalah klasik yang tak kunjung selesai; kemiskinan, pengangguran, ditambah lagi persoalan separatisme Papua, korupsi dan belakangan ini kita dibuat gonjang-ganjing oleh aksi terorisme yang digerakkan oleh golongan fundamentalis agama. Kesemuanya ini tentu saja menjadi persoalan berat yang harus segera diselesaikan secepatnya oleh pemerintah dan tentunya oleh segenap komponen bangsa. Jika kita melihat ke negara-negara sekeliling kita dan membandingkan kemajuannya, rasanya kita pantas untuk berpikir secepatnya melakukan pembenahan di segala bidang, kita sudah tertinggal dari Malaysia, Singapura, Thailand, dan juga dengan Vietnam.
Bangsa dan negara Indonesia merupakan bangsa yang sangat potensial untuk menjadi negara besar dan berpengaruh di dunia. Ada dua komponen dasar bagi kemajuan suatu bangsa. Pertama, faktor sumber daya alam (SDA). Faktor ini bersifat given, dan Indonesia harus bersyukur bahwa negeri ini dikaruniai dengan kekayaan alam yang melimpah-ruah yang lebih dari cukup untuk memakmurkan 240 juta lebih bangsa Indonesia ini! Kedua, faktor sumber daya manusia (SDM), bangsa Indonesia memiliki jumlah penduduk yang besar yang berguna sebagai modal pembangunan. Namun bila dilihat lebih jauh dari kedua faktor tersebut, maka yang menjadi permasalahan utama dari ketertinggalan bangsa Indonesia dari negara lain adalah faktor Sumber Daya Manusia (SDM), ya..masalah (SDM) inilah yang belum bisa ditangani secara serius oleh bangsa ini setelah 64 tahun merdeka. Kita lihat misal; Jepang, negara ini adalah wujud nyata dari bagaimana suatu negara yang minim akan (SDA) namun dengan (SDM) yang mumpuni mampu menjadi salah satu kekuatan ekonomi dunia. Nah.. jika Jepang saja bisa, kenapa bangsa Indonesia ini tidak menjadikan Jepang sebagai trigger bagi percepatan kemajuan bangsa Indonesia.
Secara tingkat pendidikan bangsa Indonesia ini sudah mampu dan banyak menciptakan sarjana-sarjana yang berkualitas secara keilmuan baik yang muncul dari lembaga pendidikan lokal maupun internasional. Namun yang menjadi masalah yang paling krusial adalah secara sadar maupun tidak sadar bangsa ini sedang mengidap penyakit yang dinanamakan "inferiority complex syndrome" (perasaaan rendah diri). Perasaan tidak mampu, bodoh, tidak bisa apa-apa, selalu memandang asing lebih baik dan lebih tinggi dari dirinya sendiri. Mengerucut menghasilkan manusia-manusia yang bermental budak, pesuruh, "yes Sir"/"yes man", tidak percaya akan kemampuan sendiri. Penyakit inilah yang harus segera diberantas secepatnya, penyakit yang tidak datang dengan sendirinya tapi dindoktrinasikan kepada bangsa Indonesia by design selam kurang lebih 350 tahun penjajahan di bumi Indonesia. Untuk itu, mari bangkit! mari berubah! berdikari! kata Soekarno, Bangsa Indonesia tidak akan menjadi bangsa besar dan akan menjadi penonton, ladang penjajahan melalui instrumen politik, ekonomi, budaya, hankam, konstitusi oleh kekuatan imperialis dunia yang dibalut oleh sistem liberalisme-kapitalisme transnasional!. Merdekalah bangsaku!! merdeka yang sebenar-benar merdeka , tidak saja secara fisik, tapi juga lepas dari penjajahan mental!! Demi kejayaan bangsa!!!
Bangsa dan negara Indonesia merupakan bangsa yang sangat potensial untuk menjadi negara besar dan berpengaruh di dunia. Ada dua komponen dasar bagi kemajuan suatu bangsa. Pertama, faktor sumber daya alam (SDA). Faktor ini bersifat given, dan Indonesia harus bersyukur bahwa negeri ini dikaruniai dengan kekayaan alam yang melimpah-ruah yang lebih dari cukup untuk memakmurkan 240 juta lebih bangsa Indonesia ini! Kedua, faktor sumber daya manusia (SDM), bangsa Indonesia memiliki jumlah penduduk yang besar yang berguna sebagai modal pembangunan. Namun bila dilihat lebih jauh dari kedua faktor tersebut, maka yang menjadi permasalahan utama dari ketertinggalan bangsa Indonesia dari negara lain adalah faktor Sumber Daya Manusia (SDM), ya..masalah (SDM) inilah yang belum bisa ditangani secara serius oleh bangsa ini setelah 64 tahun merdeka. Kita lihat misal; Jepang, negara ini adalah wujud nyata dari bagaimana suatu negara yang minim akan (SDA) namun dengan (SDM) yang mumpuni mampu menjadi salah satu kekuatan ekonomi dunia. Nah.. jika Jepang saja bisa, kenapa bangsa Indonesia ini tidak menjadikan Jepang sebagai trigger bagi percepatan kemajuan bangsa Indonesia.
Secara tingkat pendidikan bangsa Indonesia ini sudah mampu dan banyak menciptakan sarjana-sarjana yang berkualitas secara keilmuan baik yang muncul dari lembaga pendidikan lokal maupun internasional. Namun yang menjadi masalah yang paling krusial adalah secara sadar maupun tidak sadar bangsa ini sedang mengidap penyakit yang dinanamakan "inferiority complex syndrome" (perasaaan rendah diri). Perasaan tidak mampu, bodoh, tidak bisa apa-apa, selalu memandang asing lebih baik dan lebih tinggi dari dirinya sendiri. Mengerucut menghasilkan manusia-manusia yang bermental budak, pesuruh, "yes Sir"/"yes man", tidak percaya akan kemampuan sendiri. Penyakit inilah yang harus segera diberantas secepatnya, penyakit yang tidak datang dengan sendirinya tapi dindoktrinasikan kepada bangsa Indonesia by design selam kurang lebih 350 tahun penjajahan di bumi Indonesia. Untuk itu, mari bangkit! mari berubah! berdikari! kata Soekarno, Bangsa Indonesia tidak akan menjadi bangsa besar dan akan menjadi penonton, ladang penjajahan melalui instrumen politik, ekonomi, budaya, hankam, konstitusi oleh kekuatan imperialis dunia yang dibalut oleh sistem liberalisme-kapitalisme transnasional!. Merdekalah bangsaku!! merdeka yang sebenar-benar merdeka , tidak saja secara fisik, tapi juga lepas dari penjajahan mental!! Demi kejayaan bangsa!!!
Comments
Post a Comment