Skip to main content

Posts

BISAKAH PRINSIP PANCASILA HIDUP DALAM RUMAH LIBERALISME-KAPITALISME

Pembuktian hipotesis diatas akan memberikan gambaran sesungguhnya tentang posisi masing-masing ideologi baik itu Pancasila maupun Liberalisme-Kapitalisme. Di kehidupan sehari-hari kita disajikan tindakan-tindakan culas yang sudah lazim dilakukan oleh banyak orang di berbagai belahan dunia seperti menyuap, memanipulasi timbangan untuk menangguk untung besar, mencampur produk dengan bahan-bahan berbahaya untuk mengurangi biaya yang berarti meningkatkan laba penjualan, memanipulasi laporan keuangan untuk menghindari pajak, memanipulasi kuitansi, menekan buruh dengan upah yang rendah dan mengeksploitasi tenaganya, pembajakan, iklan yang menyesatkan, kompetisi yang saling sikut dengan menghalalkan berbagai cara, dan masih banyak penyakit masyarakat lainnya yang menghiasi dan menjadi fakta peradaban sekarang ini. Semua kejadian diatas adalah buah dari ajaran liberalisme-kapitalisme. Dalam ajaran liberalisme-kapitalisme manusia didefinisikan dan bertindak sebagai homo economicus yang berarti

ISRAEL VS PALESTINA: PERADABAN DUNIA YANG SEDANG SEKARAT

Sejak akhir tahun 2008 kita disuguhkan oleh televisi dan media massa lainnya pemandangan yang sangat menyesakkkan, holocaust Israel terhadap rakyat Palestina!. Ribuan orang menjadi korban, siang dan malam hujan bom meluluh-lantakkan bumi Palestina, penyerangan membabi-buta Israel bila dilihat dari sudut pandang manapun tidak dapat dibenarkan dan bila dilihat dari kacamata penegakan HAM (Hak Azasi Manusia) maka Israel dapat digolongkan sebagai pelanggar HAM paling berat, penyerangan dan pembunuhan terhadap penduduk sipil terutama wanita dan anak-anak, pemboman Rumah Sakit,tempat ibadah, pemakaman, penembakan wartawan, dokter, pemblokadean bantuan kemanusiaan dan masih banyak lainnya merupakan fakta yang sangat nyata yang sedang berlangsung di depan mata kita! dan atas aksinya ini Israel patut untuk dihadapkan ke Mahkamah Internasional untuk mempertanggungjawabkan tindakannya sebagai kejahatan perang dan lebih-lebih lagi adalah suatu kejahatan terhadap kemanusiaan.PBB sebagai badan duni

GOOD CORPORATE GOVERNANCE

GOOD CORPORATE GOVERNANCE Bila kita kaji dengan lebih mendalam tolak ukur dari terciptanya suatu keberhasilan kinerja dari perusahaan tidak terlepas dari penerapan (GCG) Good Corporate Governance . Dalam diktum Keputusan Menteri Badan Usaha milik Negara Nomor: KEP -117/M-MBU/2002 tanggal 01 Agustus 2002 tentang Penerapan Praktek Good Corporate governance pada Badan Usaha Milik Negara (BUMN) disebutkan bahwa "Prinsip Good Corporate Governance merupakan kaidah, norma ataupun pedoman korporasi yang diperlukan dalam sistem pengelolaan BUMN yang sehat." Lebih jauh lagi disebutkan dalam Surat Keputusan tersebut, " Corporate Governance adalah suatu proses dan struktur yang digunakan oleh organ BUMN untuk meningkatkan keberhasilan usaha dan akuntabilitas Perusahaan guna mewujudkan Nilai Pemegang Saham dalam jangka panjang dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholder lainnya, berlandaskan Peraturan Perundangan dan Nilai-nilai etika." Dalam penerapan (GCG) ada bebera
BUDAYA KORPORAT Salah satu isu utama dalam membangun dan memberdayakan BUMN ialah isu tentang budaya perusahaan atau lebih dikenal dengan budaya korporasi. Ada beberapa BUMN yang telah mempunyai budaya perusahaan antara lain Bank Rakyat Indonesia (BRI), PT. Telekomunikasi Indonesia, PT. Pupuk Sriwijaya, PT. Indonesia Power, dan Pertamina. Seberapa pentingkah budaya bagi perusahaan (moeljono 2004) mengatakan bahwa keberadaan suatu perusahaan komersial pada umumnya mempunyai tujuan jangka panjang yang dilandasi dengan motif ekonomi untuk menghasilkan nilai-nilai tambah dan manfaat ekonomi bagi stakeholders yang meliputi para pemegang saham, karyawan, mitra kerja, dan masyarakat umumnya. Untuk mewujudkan nilai-nilai tambah dan manfaat ekonomi tersebut, perusahaan diharapkan mempunyai visi, misi, strategi, program kerja yang terencana, terfokus, dan berkesinambungan.Pada tanggal 23-25 April 1999 di Cambridge diselenggarakan simposium Cultural Values and Human Progress, American Academy fo
BAGAIMANA SEHARUSNYA MENJADI WARTAWAN Memasuki Orde Reformasi kehidupan pers di Indonesia mengalami banyak perubahan dari pers yang terkooptasi oleh rezim yang berkuasa (Orde Baru) yang harus tunduk terhadap kemauan penguasa sehingga terbelenggu dalam ketakutan, pembredelan, dan ancaman-ancaman serta sangsi-sangsi lain yang membahayakan dan mengebiri komunitas pers Indonesia untuk mengeluarkan ide-ide dan suara mereka kemudian Memasuki Orde Reformasi pers menjadi lepas dari belenggu yang selama ini mengekang mereka, wartawan bebas untuk menyatakan pendapat, berserikat, dan berkumpul mengeluarkan ide-ide dan kritik mereka. Para stakeholder baik itu dari kalangan pemerintah, Dewan Pers, dan masyarakat umum haruslah menjadikan momentum reformasi untuk menjadikan pers Indonesia menjadi lebih baik dan berkualitas yang mampu menjadi garda depan ( avant garde ) dalam mengusung kepentingan nasional. Dan sebagai salah satu unsur yang paling vital dalam komunitas pers adalah keberadaan profe

PERINGATAN HARI PAHLAWAN DARI PERSPEKTIF INDONESIA KONTEMPORER

Peringatan Hari Pahlawan sebagai suatu penghargaan bagi para pejuang bangsa yang telah mendermakan harta dan jiwa raganya untuk berdiri dan tegaknya Negara Republik Indonesia ini haruslah dimaknai sebagai suatu perjuangan secara terus-menerus yang berkelanjutan dan diestafetkan dari generasi lama ke generasi baru, perjuangan untuk menegakkan falsafah negara yaitu nilai-nilai Pancasila seutuhnya dan Undang-Undang Dasar 1945 itulah tujuan akhir dari perjuangan bangsa Indonesia ini. Dalam hal berjuang tentunya ada alat untuk berjuang, alat perjuangan bangsa Indonesia itu adalah persatuan dan kesatuan bangsa yang isinya adalah kesatuan ideologi, kesatuan dalam cara berpikir dan bertindak untuk memperjuangkan misi dari tegaknya suatu peradaban. Dalam perjuangan dalam penegakan cita-cita bangsa tentunya ada hambatan dan gangguan yang senantiasa menghadang baik itu yang menyerang dari kiri, kanan, depan dan belakang, namun semua itu harus dihadapi dengan teguh dan tetap berpegang pada ideolog