Skip to main content

MENJADI GURU YANG BERKUALITAS


Indikator bagus atau tidaknya sebuah sekolah, salah satunya ditentukan oleh faktor guru. Oleh sebab itu, semakin banyak guru yang berkualitas pada suatu sekolah, akan semakin berkualitaslah sekolah itu. Menjadi guru yang berkualitas memang bukan perkara mudah. Berikut ini adalah beberapa hal yang perlu anda perhatikan untuk menjadi atau mencari guru yang berkualitas.

Pertama, guru harus memiliki profesionalisme di bidangnya. Profesionalisme disini berarti guru tersebut harus memiliki pengetahuan yang luas tentang bidang yang diajarnya. Sebagai contoh, jika guru mengajar Bahasa Indonesia, maka dia perlu memahami semua hal yang berhubungan dengan Bahasa Indonesia dan perkembangannya. Hal ini untuk mengantisipasi berbagai macam pertanyaan dari siswa. Apalagi siswa-siswi sekarang lebih kritis dan cerdas dalam bertanya.

Kedua, guru harus mempersiapkan bahan ajar. Salah satu hal yang membuat guru lebih pandai dibandingkan muridnya adalah karena guru telah mempelajari materinya terlebih dahulu. Oleh sebab itu, guru yang baik adalah guru yang telah mempersiapkan bahan ajarnya terlebih dahulu.
Selain itu, gurupun sebaiknya memiliki bahan ajar yang lebih “kaya” dan lengkap daripada muridnya. Sebab, biasanya ada siswa yang belajar terlebih dahulu dari buku paket yang diberikan pihak sekolah.

Ketiga, guru harus dapat menyampaikan materi dengan jelas. Hal ini berhubungan dengan cara mengajar guru tersebut. Guru yang mengajar dengan metode kuno (satu arah) dan menjemukan biasanya membuat siswa tidak bersemangat dalam belajar. Oleh sebab itu, guru harus mengajar dengan metode dua arah dan kreatif dalam mengajar. Jika perlu, selipkan beberapa humor agar suasana belajar-mengajar tidak kaku, tetapi menyenangkan.

Keempat, guru harus dapat mengelola kelas. Menjadi seorang guru berarti harus siap berhadapan dengan berbagai macam jenis siswa. Mulai dari yang baik, rajin, patuh, hingga yang malas. Oleh sebab itu, seorang guru sebaiknya memiliki kemampuan mengelola kelas dengan baik.
Hal ini dapat dilakukan dengan tidak membedakan antara siswa yang pandai dengan yang malas. Sebab, jika siswa yang malas diberi kepercayaan lebih dari seorang guru, biasanya mereka akan lebih termotivasi untuk belajar lebih baik lagi.

Kelima, guru harus melakukan evaluasi. Evaluasi ini menyangkut evaluasi dirinya sendiri dan evaluasi ke siswa. Biasanya guru memberikan evaluasi ke siswa melalui ujian, siswa memperoleh nilai yang kurang baik, sebaiknya guru tersebut mengevaluasinya. Evaluasi ini dapat dimulai dengan instropeksi diri ketika mengajar, setelah itu bahaslah bersama-sama siswa tentang bagian mana yang belum mereka mengerti.

Keenam, guru harus dapat berhubungan baik dengan orang tua siswa. Selain berhubungan dengan siswa, guru pun sebaiknya dapat berhubungan baik dengan orang tua siswa. Jadi, disini akan terjalin kerjasama yang baik antara guru dan orang tua sehingga dapat memantau perkembangan belajar siswa tersebut.


(Sumber: Kompas,31 Maret 2009)

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

TEORI DUALISME EKONOMI INDONESIA MENURUT J.H. BOEKE

Indonesia menurut J.H. Boeke mengalami dualisme ekonomi atau dua sistem ekonomi yang berbeda dan berdampingan kuat. Dua sistem tersebut bukan sistem ekonomi transisi dimana sifat dan ciri-ciri yang lama makin melemah dan yang baru makin menguat melainkan kedua-duanya sama kuat dan jauh berbeda. Perbedaan tersebut karena sebagai akibat penjajahan orang-orang Barat. Apabila tidak terjadi kedatangan orang-orang Barat mungkin sistem pra-kapitalisme Indonesia dan dunia Timur pada umunya pada suatu waktu akan berkembang menuju sisitem atau tahap kapitalisme. Akan tetapi sebelum perkembangan kelembagaan-kelembagaan ekonomi dan sosial menuju ke arah sama, penjajah dengan sisitem kapitalismenya (dan sosialismenya serta komunisme) telah masuk ke dunia Timur. Inilah yang menimbulkan sistem dualisme atau masyarakat dualisme. Telah diuraikan bahwa ekonomi dualistik atau lengkapnya sistem ekonomi dualistik adalah suatu masyarakat yang mengalami 2 macam sistem ekonomi yang saling berbeda dan berdampi

FENOMENA “PASAR MALAM” DI KAMPUNGKU

id.wikipedia.org Dua hari setelah lebaran di kampungku diadakan “pasar malam” tapi saya tidak melihatnya sebagai sebuah pasar yang seperti biasa kita saksikan sehari-hari. Memang benar, pasar malam di kampungku ini ada juga yang berjualan seperti PK-5, ada yang berjualan mainan anak, pernak-pernik cincin, kalung, gelang, dan sebagainya. Dan ada juga permainan anak-anak seperti kuda putar, yang lucunya tidak digerakkan oleh mesin melainkan oleh manusia yang tidak lain adalah si pemilik wahana mainan itu sendiri yang terdiri atas beberapa orang, mereka bahu-membahu menarik dan memutar “kuda putar” ini selama kurang lebih 5 menit.  Namun banyak juga anak-anak yang tertarik mencobanya, sampai-sampai ada yang menangis, ya..namanya juga anak-anak. Yang kedua adalah mainan anak-anak yang saya kurang tahu namanya, semacam “roller coaster” yang kalau kita tidak kuat kita akan merasa pusing setelah mencoba mainan ini, mungkin ini karena faktor ayunannya yang kuat. Nah..selain yang saya ungkapkan

GOOD CORPORATE GOVERNANCE

GOOD CORPORATE GOVERNANCE Bila kita kaji dengan lebih mendalam tolak ukur dari terciptanya suatu keberhasilan kinerja dari perusahaan tidak terlepas dari penerapan (GCG) Good Corporate Governance . Dalam diktum Keputusan Menteri Badan Usaha milik Negara Nomor: KEP -117/M-MBU/2002 tanggal 01 Agustus 2002 tentang Penerapan Praktek Good Corporate governance pada Badan Usaha Milik Negara (BUMN) disebutkan bahwa "Prinsip Good Corporate Governance merupakan kaidah, norma ataupun pedoman korporasi yang diperlukan dalam sistem pengelolaan BUMN yang sehat." Lebih jauh lagi disebutkan dalam Surat Keputusan tersebut, " Corporate Governance adalah suatu proses dan struktur yang digunakan oleh organ BUMN untuk meningkatkan keberhasilan usaha dan akuntabilitas Perusahaan guna mewujudkan Nilai Pemegang Saham dalam jangka panjang dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholder lainnya, berlandaskan Peraturan Perundangan dan Nilai-nilai etika." Dalam penerapan (GCG) ada bebera